Pagi itu pukul 05.00 saya
baru bangun tidur. Telat karena rencana sebelumnya bangun pukul 04.00. Langsung segera mandi, solat dan siap-siap menculik
Masya. Setelah siap-siap selesai, langsung ku pacu kuda besi ku, berharap
sampai lokasi janjian kami bertiga tidaklah begitu telat.
Sampai rumah dimana
Masya tinggal, si empunya keluar. Tanpa panjang lebar, langsung ku boyong Masya
untuk menemani dan mengabadikan perjalananku hari Jumat tanggal 28 Maret 2014 kemarin.
(Masya = nama kamera Arell. Kenapa namanya masya? seperti di film Masya and the Bear. Warnanya merah, kecil, kadang nyebelin, kadang ngangenin), (Arellea, 2014 komunikasi pribadi).
(Masya = nama kamera Arell. Kenapa namanya masya? seperti di film Masya and the Bear. Warnanya merah, kecil, kadang nyebelin, kadang ngangenin), (Arellea, 2014 komunikasi pribadi).
Setelah senjata berada
di tangan, segera “gliding” ngebut ke lokasi kumpul,yaitu di pos satpam FMIPA
UNY. Disana sudah ada si Pras yang semangat sekali untuk menambah list
burungnya sehingga datangnya gasik. Setelah
bertiga siap, kami bertiga budal ke Penggaron Semarang.
Perjalanan ini dilatarbelakangi
ajakan Mas Kir ingin menyaksikan migrasi raptor dari info Pak Bas di Grup FB
Pengamat Burung Indonesia yang menuliskan Accipiter
soloensis melintas hingga 600an katanya ratusan ekor, edan kan. Selain itu, rasa penasaran saya sama si Chinese goshawk
ini karena waktu di acara Gelatik KPB BIONIC UNY di Sermo bulan Maret lalu
berkali-kali ketemu waktu sedang bertengger dan saya hanya mengabadikan dengan
pikiran dan perasaan.
Tiga jam lamanya perjalanan dari Jogja
akhirnya sampai Semarang, tepatnya di Pundak Payung. Bokong seperti protes
lelah menahan beban 58 kilo daging + daypack ini.
Berhenti di minimarket untuk menambah perbekalan air minum dan jajanan menjadi pilihan kami sambil menunggu Mas Nanang. Mas Nanang ini temen kami dari Haliaser Biologi UNDIP. Setelah beberapa saat kemudian, kami disamperin oleh laki-laki ahli Kupukupu ini dan budal ke Gedawang. Lho kok Gedawang ? usut punya usut, ke Gedawang karena menjawab tujuan kami yaitu nyari spot raptor melintas. Lima belas menit kami on the way sampailah di suatu tempat yang agak tinggi di sudut perumahan dan bisa melihat langit begitu luas. Memang kalau spot raptor migran ya seperti ini.
Berhenti di minimarket untuk menambah perbekalan air minum dan jajanan menjadi pilihan kami sambil menunggu Mas Nanang. Mas Nanang ini temen kami dari Haliaser Biologi UNDIP. Setelah beberapa saat kemudian, kami disamperin oleh laki-laki ahli Kupukupu ini dan budal ke Gedawang. Lho kok Gedawang ? usut punya usut, ke Gedawang karena menjawab tujuan kami yaitu nyari spot raptor melintas. Lima belas menit kami on the way sampailah di suatu tempat yang agak tinggi di sudut perumahan dan bisa melihat langit begitu luas. Memang kalau spot raptor migran ya seperti ini.
dari gedawang |
Pukul 10.00 kami
memulainya. Terlalu siang memang kalau memulai pengamatan raptor. Ditambah lagi
terik matahari yang tak kompromi membuat kami pesimis bisa melihat puluhan
raptor melintas secara jelas. Seperti yang dibilang mas Nanang, kalau sudah
panas seperti ini si raptor yang melintas sudah tinggi banget. Benar saja, seekor Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus)
soaring tinggi sekali sampai terlihat hanya noda hitam samar-samar ditengah
langit biru.
Selain itu, beberapa ekor Accipiter juga teramati melintas tidak bisa ter-iden karena siluet dan tinggi sekali. Memang tidak beruntung kami waktu itu, mungkin karena baru pertama datang ke tempat ini sehingga salah waktu tiba lokasi pengamatan. Tetapi tidak masalah, yang terpenting kami sudah tahu lokasinya sehingga enak jika lain waktu mau main kesini lagi.
Selain itu, beberapa ekor Accipiter juga teramati melintas tidak bisa ter-iden karena siluet dan tinggi sekali. Memang tidak beruntung kami waktu itu, mungkin karena baru pertama datang ke tempat ini sehingga salah waktu tiba lokasi pengamatan. Tetapi tidak masalah, yang terpenting kami sudah tahu lokasinya sehingga enak jika lain waktu mau main kesini lagi.
Burung lain yang kami
temui di spot Gedawang yaitu Cekakak
jawa /Halcyon cyanoventris/ Javan Kingfisher, Cekakak sungai / Halcyon chloris/ Collared Kingfisher, , Sepah
kecil/ Pericrocotus cinnamomeus/ Small minivet, dan tentunya si burung
umum dimanapun anda berada, Cucak kutilang/ Pycnonotus aurigaster /
Sooty-headed Bulbul. Ya memang kenyataan bisa saja meleset dari harapan. Dari
rumah berharap dapat ini itu, pas pengamatannya dapatnya ini lagi. Sekali lagi
saya bilang tidak masalah, pasti nanti tetap diberi penggantinya.
Pukul 11.30 dirasa cuaca tidak mendukung, mendung, malah bukan gerimis lagi,
hujan malahan, kami diajak mas Nanang ke sekre Halister untuk istirahat dan nantinya
solat Jumat. Lho kan ini dapat penggantinya lagi, bisa main ke
sekre Haliaster. Bisa kenal dengan teman-teman sesama pengamat burung merupakan
hal menyenangkan. Istirahat di sekret Halister Biologi UNDIP, solat jumat di
masjid FMIPA UNDIP, makan siang di kantin FT UNDIP menjadi rundown kami
sebelum pengamatan lagi ke Penggaron.
prase in Haliaster |
Dirasa sudah hampir sore, kami berangkat ke Penggaron. Lima belas menit
perjalanan, sampailah pada Hutan Wisata di Semarang, yaitu wana wisata
Penggaron.
Lumayan sepi waktu itu, hanya beberapa orang pacaran melintas dengan
motor. Cieeee pacaran ni yee.
Beberapa langkah kami masuk, tercium pergerakan burung diatas lantai
hutan. Menunggu beberapa saat, akhinya dia menampakkan batang paruhnya. Gelap
sekali, Masya tak mampu bekerja lebih di kondisi yang seperti ini (memang
akunya yang belum canggih), ditambah juga burungnya menculat-menculat
jual mahal. Hanya bisa dicatat di buku catatanku, dialah Paok pancawarna /Pitta
guajana/ Banded Pitta. Cantik memang, tapi lebih cantik
ibuku. Halah . Mas Kir juga tak dapat
satu frame pun.
Nyerah deh, kapan-kapan remidi kesini lagi.
Nyerah deh, kapan-kapan remidi kesini lagi.
Benar-benar sepi burung
disana buat kami, mungkin ini yang membuat saya ingin kesini lagi dilain
kesempatan.
Burung yang kami catat
tidak banyak, hanya burung umum Cucak kutilang dan Cekakak sungai yang masih
ramah dengan kedatangan kami J
![]() |
kutilangku bernyanyi |
Semangat birding ini muncul lagi setelah membaca
ada tulisan di papan yang ditempel di sebuah pohon. “Terlanjur Sayang”, begitu
tulisannya. Entah apa maksud tulisan itu di hutan ini. Mungkin terlanjur sayang
hutan, lalu kita harus menjaga kebersihan? Ah bebas mengartikan saja. Kalau
buat saya, kita sudah terlanjur cinta dengan burung maka berapapun jumlah
burung yang muncul, jenis burung murahan apa yang menyapa, tetap mensyukuri
nikmatnya masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menemukan mereka J Lho
kan ini pelajaran lagi… sudah dibilang tidak ada yang sia-sia. Hehehehe
terlanjur sayang nih |
Langkah semakin jauh,
waktu semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke lokasi parkir
kendaraan namun sambil pengamatan. Pas sampai di sebuah jembatan, mata ini
dibuat melek oleh seekor burung
family Nectariniidae nan ngejreng
warnanya. Ya, thole kae bernama Burungmadu
Sriganti/Cinnyris jugularis/Olive-backed Sunbird kelamin jantan. Memang
ini hanya burung umum, tapi saya senang sekali. Melihat warna kuning mencolok
di perutnya, biru metalik ditenggorokannya yang benar-benar terlihat metalik
itu terjepret oleh Masya, kali ini Masya
dapat diandalkan sekali.mumumu J Alhamdulillah…beberapa frame didapat, akhirnya
kami benar-benar mengakhiri birding
kali ini.
![]() |
manisnya maduku :) |
![]() |
akulah pejantan, tenggorokanku biru kinclong :D |
Sebelum pulang tidak
lupa foto bersama. Setelah pamitan, kami pulang ke Jogja lagi. Terimakasih
semarang, saya yakin masih banyak permata alam ini yang akan tersaji dilain
kesempatan. Terimakasih mas Nanang atas jamuannya, Haliaster atas secretariat
buat kami transit, pak penjaga Wana Wisata Penggaron yang ramah, Arell selaku
pemilik Masya dan yang paling utama terimakasih Ya Allah atas ciptaanMu yang tak terduakan.
selalu foto bareng diakhir pengamatan |
Pelajaran
kali ini yaitu :
1. Memperbanyak teman dari
lembaga luar yang serupa itu penting.
2. Tidak ada yang
sia-sia, hanya bagaimana kita mengartikan apa yang kita dapat ketika suatu
harapan tidak sesuai dengan keinginan awal.